Rabu, 21 Agustus 2013

Menepati Janji Hamba Kepada Allah Menurut Islam

Posted by : Dewi Kurnia Madya N di 06.42

Benarkah kita telah berjanji pada Allah

Dalam konsep dakwah islam kita di ajarkan supaya amanah dan menetapi janji, baik itu janji kepada anak adam bahkan janji kepada allah, timbul pertanyaan apakah kita pernah berjanji kepada allah, apa saja janji kita ?Benar sekali kita telah berjanji kepada allahdi alam arwah, kita sepakat kemudian allah melahirkan kita dan hidup sampai saat ini.
janji-kepada-allah
Janji Kepada Allah
kita hidup ini bukti kita sepakat atas janji keta kepada allah, allah mengingatkan atas janji kita dalam surat al’a'rah ayat 172, agar kita di hari kiamat tidak mengatakan aku lupa atas janjiku.
 وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ * 172
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
Sungguh manusia mudah lupa pada janji. Janji untuk taat kepada Allah, menjalankan segala perintahNya, dan tidak menyekutukanNya. Tapi hakikat kehidupan manusia hari ini, sudah ramai yang tidak mengendahkan perintah Allah apatah lagi menyekutukanNya. masyaAllah.
orang Islam bukan tidak sedar akan dosa besar jika menyekutukan Allah, tapi segelintir mereka seolah-olah tidak mempunyai rasa takut akan balasan Allah di akhirat yang pasti. Jika dilahirkan dalam keluarga Islam, kita beruntung kerana sejak lahir kita sudah didedahkan dengan ilmu agama Islam. ibu bapa juga menghantar kita untuk mendapatkan pendidikan agama yang lengkap agar menjadi anak yang soleh dan solehah serta menjadi hamba yang taat kepada Tuhan nya.
buat yang terlupa juga khusus buat diriku : saat roh ingin ditiup ke jasad dan lahir didunia sebagai hamba Allah yang satu, setiap daripada kita sudah berjanji bahawa Allah adalah Tuhan kita dan akan mengabdikan diri kepadaNya. Janji ini pasti akan dituntut Allah di akhirat kelak. Mungkin didunia kita merasa bebas tanpa diperhatikan, tapi ingat Allah sentiasa memerhati tindakan kita bahkan apa yang terkandung dalam fikiran juga diketahui oleh Allah. renung-renungkan apakah kita masih berpegang pada janji atau sudah jauh melupakan janji kita kepada Allah

Apa Yang Harus Kita Lakukan Setelah Berjanji

Islam mengajarkan, bahwa kepada siapa pun janji itu diberikan-selama tidak janji bermaksiat maka harus ditepati. Bahkan siapa yang tidak menepati janji dikhawatirkan akan masuk golongan orang munafik. Rasulullah saw. bersabda, “Ada empat sifat yang jika melekat pada seseorang maka orang itu benar-benar munafik, jika ada satu sifat yang melekat (dari empat itu) maka dalam dirinya ada karakter munafik sampai ia meninggalkan sifat itu semua, (empat sifat itu adalah); jika dipercaya berkhianat, jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika berdebat berkata keji.” (HR.Bukhari Muslim ). Dalam hadits yang lain Baginda Nabi bersabda, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji tidak menepati, dan jika dipercaya berkhianat.” (HR. Bukhari Muslim)
Adapun janji seorang muslim kepada Allah SWT dalam bahasa fikihnya lazim disebut “nadzar”. Secara bahasa nadzar adalah berjanji melakukan kebaikan atau kejelekan. Sedangkan dalam istilah syariat nadzar adalah janji yang diwajibkan oleh orang mukallaf pada dirinya sendiri untuk Allah, dengan mengatakan sesuatu yang dalam asal syariat tidak diwajibkan.
Maka janji kepada Allah SWT (nadzar) harus ditepati. Karena di dalam Al Quran, Allah telah memerintahkan untuk menepati nadzar. Firman Allah, “Dan hendaklah mereka menepati nadzar-nadzar mereka.” (Al Hajj : 29). “Apa saja yang kamu nafkahkan dan apa saja yang kamu nadzarkan sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Al Baqarah : 270).
Di antara sifat hamba Allah yang baik adalah seperti yang dipuji Allah dalam firmanNya, “Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di mana-mana.” (Al Insan : 7)
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang bernadzar (berjanji) akan melakukan amal taat kepada Allah maka taatilah dan siapa yang bernadzar akan berbuat maksiat kepada Allah maka jangan bermaksiat kepadaNya.”
Jelaslah bahwa semua janji manusia kepada Allah selama janji itu baik dan mampu ditunaikan wajib ditunaikan. Jika janji itu bernilai maksiat, maka tidak wajib ditunaikan karena tidak sah. Begitu juga jika tidak mampu untuk menunaikannya maka tidak harus ditunaikan. Dan jika tidak bisa menunaikan janji kepada Allah itu maka harus ditebus dengan kafarat. Dan kafaratnya sama dengan kafarat sumpah (yamin). Dalilnya adalah hadits riwayat Abu Daud, Baginda Nabi bersabda, “Barang siapa bernadzar suatu nadzar dan tidak bisa menunaikannya, maka kafaratnya adalah seperti kafarat sumpah.”
Dan kafarat sumpah adalah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Maidah ayat 89 : “Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan budak atau memerdekakan budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa tiga hari.”

Apakah Dosa mengingkari janji

Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi sallallahu’alaihi wa sallam telah menunjukkan akankewajiban memenuhi janji dan sumpah setia. Serta menjelaskan buruknya orang yang melanggarnya atau tidak menepatinya. Terkadang tidak menepati (janji dan sumpa setia) mengarah kepada kekafiran. Sebagaimana terjadi pada Bani Israil dan lainnya. Ketika mereka melanggar janji dan sumpah setia dengan Tuhannya. Mereka meninggalkan janji Allah berupa keimanan, mengikuti para Rasul-Nya.
Allah berfirman,
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.’ SQ. Al-Isra’: 34. ‘dan penuhilah janji Allah.’” (QS. Al-An’am: 152)
Dan Allah berfirman ketika menyanjung para hamba-Nya orang-orang mukmin,
“(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS Ar-Ra’du: 20)
Nash-nash dalam Kitab dan Sunnah banyak dan jelas petunjuknya akan kewajiban memenuhi (janji)    dan haramnya melanggar dan berkhianat. Semua ayat yang ada lafaz janji dan sumpah setia menunjukkan hal itu baik secara tekstual maupun pemahaman. Dan perilaku Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dan para shahabatnya adalah bukti nyata dalam realisasinya.
Allah menyebutkan manfaat besar di dunia dan akhirat jika seseorang memenuhi janjinya, disamping manfaat nyata bagi  kebaikan masyarakat yang berkesinambungan. Di antara manfaat tersebut adalah,
 Dalam Al-Quran disebutkan bahwa memenuhi janji termasuk sifat orang-orang bertakwa sekaligus sebab utama dalam menggapai ketakwaan.
Allah Ta’ala berfirman,
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.’ (QS. Ali Imran: 76)
Menepati janji termasuk sebab mendatangkan keamanan di dunia dan menghindari pertumpahan darah, melindungi hak para hamba, baik yang muslim maupun kafir. Sebagaimana firmanTa’ala
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ * سورة  الأنفال: 72
Artinya : (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 72)
Dapat menghapus kesalahan dan memasukkan ke surga. Sebagaimana yang kita dapatkan dalam Firman-Nya, “Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 40)
Ibnu Jarir rahimahullah berkomentar, “Janji (Allah) kepada mereka, kalau mereka melakukan hal itu, maka (Allah) akan memasukkan mereka ke surga.”
Di surat Al-Maidah, Allah Subahanhu wa ta’ala menyebutkan bahwa Dia telah mengambil janji kuat kepada Bani Israil, kemudian disebutkan balasan janji kuat beserta balasannya. Dalam Firman-Nya, “Sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai.” (QS. Al-Maidah: 12)
Dan atsar lainnya yang dengan jelas (menyebutkan hal itu) bagi setiap orang yang mentadaburi Kitabullah dan merenungi sunnah Rasulullah, baik dalam perkataan maupun amalnya.
Ayat-ayat dan hadits-hadits dalam bab ini banyak, kami nasehatkan merujuk kitab ‘Riyadus Sholihin’ karangan Imam Nawawi rahimahullah. Dan kitab ‘At-Targhib Wa At-Tarhib’ karangan Imam Mundziri rahimahullah
Pengkhianatan adalah lawan kata dari amanah dan memenuhi (janji). Kalau amanah dan memenuhi janji termasuk karakter keimanan dan ketakwaan, maka khianat dan melanggar (janji) termasuk karakter kenifakan dan kedurhakaan. Na’uzubillah.
Dari Abdullah bin Amr radhiallahu’anhuma, dia berkata, Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam bersabda:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ، وَإِنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ  * رواه البخاري
Artinya : Empat (prilaku) kalau seseorang ada padanya, maka dia termasuk benar-benar orang munafik. Kalau berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, jika bersumpah khianat, jika bertikai, melampau batas. Barangsiapa yang terdapat salah satu dari sifat tersebut, maka dia memiliki sifat kemunafikan sampai  dia meninggalkannya.” (HR. Bukhari, 3178 dan Muslim, 58)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam bersabda,
مَنْ أَخْفَرَ مُسْلِمًا ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلا عَدْلٌ  * رواه البخاري
Artinya : Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.” (HR. Bukhari, 1870 dan Muslim, 1370)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa salam bersabda,
إِنَّ الْغَادِرَ يَنْصِبُ اللَّهُ لَهُ لِوَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ أَلَا هَذِهِ غَدْرَةُ فُلَانٍ  * رواه البخاري
Artinya : “Sungguh, Allah akan tancapkan bendera bagi orang yang berkhianat di hari kiamat. Lalu dikatakan: ‘Ketahuilah ini adalah pengkhianatan di fulan.” (HR. Bukhari, no. 6178, dan Muslim, no. 1735)
Kita memohon kepada Allah agar senantiasa dijadikan orang-orang yang menepati janji dan sumpah setia. Serta kita berlindung dari pengkhianatan dan melanggar janji.

0 komentar:

Posting Komentar

Menepati Janji Hamba Kepada Allah Menurut Islam

Benarkah kita telah berjanji pada Allah

Dalam konsep dakwah islam kita di ajarkan supaya amanah dan menetapi janji, baik itu janji kepada anak adam bahkan janji kepada allah, timbul pertanyaan apakah kita pernah berjanji kepada allah, apa saja janji kita ?Benar sekali kita telah berjanji kepada allahdi alam arwah, kita sepakat kemudian allah melahirkan kita dan hidup sampai saat ini.
janji-kepada-allah
Janji Kepada Allah
kita hidup ini bukti kita sepakat atas janji keta kepada allah, allah mengingatkan atas janji kita dalam surat al’a'rah ayat 172, agar kita di hari kiamat tidak mengatakan aku lupa atas janjiku.
 وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ * 172
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
Sungguh manusia mudah lupa pada janji. Janji untuk taat kepada Allah, menjalankan segala perintahNya, dan tidak menyekutukanNya. Tapi hakikat kehidupan manusia hari ini, sudah ramai yang tidak mengendahkan perintah Allah apatah lagi menyekutukanNya. masyaAllah.
orang Islam bukan tidak sedar akan dosa besar jika menyekutukan Allah, tapi segelintir mereka seolah-olah tidak mempunyai rasa takut akan balasan Allah di akhirat yang pasti. Jika dilahirkan dalam keluarga Islam, kita beruntung kerana sejak lahir kita sudah didedahkan dengan ilmu agama Islam. ibu bapa juga menghantar kita untuk mendapatkan pendidikan agama yang lengkap agar menjadi anak yang soleh dan solehah serta menjadi hamba yang taat kepada Tuhan nya.
buat yang terlupa juga khusus buat diriku : saat roh ingin ditiup ke jasad dan lahir didunia sebagai hamba Allah yang satu, setiap daripada kita sudah berjanji bahawa Allah adalah Tuhan kita dan akan mengabdikan diri kepadaNya. Janji ini pasti akan dituntut Allah di akhirat kelak. Mungkin didunia kita merasa bebas tanpa diperhatikan, tapi ingat Allah sentiasa memerhati tindakan kita bahkan apa yang terkandung dalam fikiran juga diketahui oleh Allah. renung-renungkan apakah kita masih berpegang pada janji atau sudah jauh melupakan janji kita kepada Allah

Apa Yang Harus Kita Lakukan Setelah Berjanji

Islam mengajarkan, bahwa kepada siapa pun janji itu diberikan-selama tidak janji bermaksiat maka harus ditepati. Bahkan siapa yang tidak menepati janji dikhawatirkan akan masuk golongan orang munafik. Rasulullah saw. bersabda, “Ada empat sifat yang jika melekat pada seseorang maka orang itu benar-benar munafik, jika ada satu sifat yang melekat (dari empat itu) maka dalam dirinya ada karakter munafik sampai ia meninggalkan sifat itu semua, (empat sifat itu adalah); jika dipercaya berkhianat, jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika berdebat berkata keji.” (HR.Bukhari Muslim ). Dalam hadits yang lain Baginda Nabi bersabda, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji tidak menepati, dan jika dipercaya berkhianat.” (HR. Bukhari Muslim)
Adapun janji seorang muslim kepada Allah SWT dalam bahasa fikihnya lazim disebut “nadzar”. Secara bahasa nadzar adalah berjanji melakukan kebaikan atau kejelekan. Sedangkan dalam istilah syariat nadzar adalah janji yang diwajibkan oleh orang mukallaf pada dirinya sendiri untuk Allah, dengan mengatakan sesuatu yang dalam asal syariat tidak diwajibkan.
Maka janji kepada Allah SWT (nadzar) harus ditepati. Karena di dalam Al Quran, Allah telah memerintahkan untuk menepati nadzar. Firman Allah, “Dan hendaklah mereka menepati nadzar-nadzar mereka.” (Al Hajj : 29). “Apa saja yang kamu nafkahkan dan apa saja yang kamu nadzarkan sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Al Baqarah : 270).
Di antara sifat hamba Allah yang baik adalah seperti yang dipuji Allah dalam firmanNya, “Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di mana-mana.” (Al Insan : 7)
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang bernadzar (berjanji) akan melakukan amal taat kepada Allah maka taatilah dan siapa yang bernadzar akan berbuat maksiat kepada Allah maka jangan bermaksiat kepadaNya.”
Jelaslah bahwa semua janji manusia kepada Allah selama janji itu baik dan mampu ditunaikan wajib ditunaikan. Jika janji itu bernilai maksiat, maka tidak wajib ditunaikan karena tidak sah. Begitu juga jika tidak mampu untuk menunaikannya maka tidak harus ditunaikan. Dan jika tidak bisa menunaikan janji kepada Allah itu maka harus ditebus dengan kafarat. Dan kafaratnya sama dengan kafarat sumpah (yamin). Dalilnya adalah hadits riwayat Abu Daud, Baginda Nabi bersabda, “Barang siapa bernadzar suatu nadzar dan tidak bisa menunaikannya, maka kafaratnya adalah seperti kafarat sumpah.”
Dan kafarat sumpah adalah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Maidah ayat 89 : “Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan budak atau memerdekakan budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa tiga hari.”

Apakah Dosa mengingkari janji

Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi sallallahu’alaihi wa sallam telah menunjukkan akankewajiban memenuhi janji dan sumpah setia. Serta menjelaskan buruknya orang yang melanggarnya atau tidak menepatinya. Terkadang tidak menepati (janji dan sumpa setia) mengarah kepada kekafiran. Sebagaimana terjadi pada Bani Israil dan lainnya. Ketika mereka melanggar janji dan sumpah setia dengan Tuhannya. Mereka meninggalkan janji Allah berupa keimanan, mengikuti para Rasul-Nya.
Allah berfirman,
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.’ SQ. Al-Isra’: 34. ‘dan penuhilah janji Allah.’” (QS. Al-An’am: 152)
Dan Allah berfirman ketika menyanjung para hamba-Nya orang-orang mukmin,
“(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS Ar-Ra’du: 20)
Nash-nash dalam Kitab dan Sunnah banyak dan jelas petunjuknya akan kewajiban memenuhi (janji)    dan haramnya melanggar dan berkhianat. Semua ayat yang ada lafaz janji dan sumpah setia menunjukkan hal itu baik secara tekstual maupun pemahaman. Dan perilaku Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dan para shahabatnya adalah bukti nyata dalam realisasinya.
Allah menyebutkan manfaat besar di dunia dan akhirat jika seseorang memenuhi janjinya, disamping manfaat nyata bagi  kebaikan masyarakat yang berkesinambungan. Di antara manfaat tersebut adalah,
 Dalam Al-Quran disebutkan bahwa memenuhi janji termasuk sifat orang-orang bertakwa sekaligus sebab utama dalam menggapai ketakwaan.
Allah Ta’ala berfirman,
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.’ (QS. Ali Imran: 76)
Menepati janji termasuk sebab mendatangkan keamanan di dunia dan menghindari pertumpahan darah, melindungi hak para hamba, baik yang muslim maupun kafir. Sebagaimana firmanTa’ala
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ * سورة  الأنفال: 72
Artinya : (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 72)
Dapat menghapus kesalahan dan memasukkan ke surga. Sebagaimana yang kita dapatkan dalam Firman-Nya, “Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 40)
Ibnu Jarir rahimahullah berkomentar, “Janji (Allah) kepada mereka, kalau mereka melakukan hal itu, maka (Allah) akan memasukkan mereka ke surga.”
Di surat Al-Maidah, Allah Subahanhu wa ta’ala menyebutkan bahwa Dia telah mengambil janji kuat kepada Bani Israil, kemudian disebutkan balasan janji kuat beserta balasannya. Dalam Firman-Nya, “Sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai.” (QS. Al-Maidah: 12)
Dan atsar lainnya yang dengan jelas (menyebutkan hal itu) bagi setiap orang yang mentadaburi Kitabullah dan merenungi sunnah Rasulullah, baik dalam perkataan maupun amalnya.
Ayat-ayat dan hadits-hadits dalam bab ini banyak, kami nasehatkan merujuk kitab ‘Riyadus Sholihin’ karangan Imam Nawawi rahimahullah. Dan kitab ‘At-Targhib Wa At-Tarhib’ karangan Imam Mundziri rahimahullah
Pengkhianatan adalah lawan kata dari amanah dan memenuhi (janji). Kalau amanah dan memenuhi janji termasuk karakter keimanan dan ketakwaan, maka khianat dan melanggar (janji) termasuk karakter kenifakan dan kedurhakaan. Na’uzubillah.
Dari Abdullah bin Amr radhiallahu’anhuma, dia berkata, Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam bersabda:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ، وَإِنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ  * رواه البخاري
Artinya : Empat (prilaku) kalau seseorang ada padanya, maka dia termasuk benar-benar orang munafik. Kalau berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, jika bersumpah khianat, jika bertikai, melampau batas. Barangsiapa yang terdapat salah satu dari sifat tersebut, maka dia memiliki sifat kemunafikan sampai  dia meninggalkannya.” (HR. Bukhari, 3178 dan Muslim, 58)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam bersabda,
مَنْ أَخْفَرَ مُسْلِمًا ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلا عَدْلٌ  * رواه البخاري
Artinya : Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.” (HR. Bukhari, 1870 dan Muslim, 1370)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa salam bersabda,
إِنَّ الْغَادِرَ يَنْصِبُ اللَّهُ لَهُ لِوَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ أَلَا هَذِهِ غَدْرَةُ فُلَانٍ  * رواه البخاري
Artinya : “Sungguh, Allah akan tancapkan bendera bagi orang yang berkhianat di hari kiamat. Lalu dikatakan: ‘Ketahuilah ini adalah pengkhianatan di fulan.” (HR. Bukhari, no. 6178, dan Muslim, no. 1735)
Kita memohon kepada Allah agar senantiasa dijadikan orang-orang yang menepati janji dan sumpah setia. Serta kita berlindung dari pengkhianatan dan melanggar janji.

0 komentar:

Posting Komentar

 

❤ Designed by Rinda's Template ❤ Image by KF-Studio ❤ Author by Your Name Here :)