Minggu, 29 April 2012
Bahayanya Pasang Behel Gigi
Saat ini banyak orang yang menggunakan behel atau kawat gigi hanya sekedar untuk gaya-gayaan saja atau fashion. Sebaiknya jangan dilakukan, karena ada efek bahaya yang muncul akibat behel gaya-gayaan ini.
"Pasang pura-pura atau behel gaya-gayaan itu tidak perlu karena itu bahaya dan bisa merugikan pasien itu sendiri," ujar drg Zaura Rini Anggraeni, MDS, selaku Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) dalam acara temu media di Gedung Kemenkes, Jakarta, Minggu (18/3/2012).
drg Zaura menuturkan bahaya yang muncul bisa merusak posisi gigi, yang ada nantinya tulang yang memegang gigi akan rusak dan bisa membuat gigi goyang.
Hal ini merupakan kerugian besar yang tidak bisa dibayar, karena gigi kalau sudah goyang tidak bisa dicekat lagi.
"Seperti halnya pagar kalau ditekan terus lama-lama dia bisa doyong sampai ke bawah, begitu juga dengan tulang penyangga gigi yang bisa rusak. Dan itu ada penelitiannya bukan hanya sekedar omongan saja," ungkapnya.
Selain itu hal lain yang bisa terjadi adalah penumpukan atau penimbunan makanan karena umumnya gigi lebih sulit dibersihkan jika memakai behel.
Terlebih jika orang tersebut malas atau asal-asalan dalam membersihkan gigi akhirnya menyebabkan kerusakan email gigi.
"Ada yang bilang cuma ditempel saja kok enggak pakai tekanan, tapi sebenarnya tempelannya itu pun sudah memberikan kerugian. Wong gigi licin-licin kok ditempelin macem-macem," ujar drg Zaura.
Proses penempelan ini kalau tidak dilakukan dengan benar misalnya mengaduknya tidak pas, maka bahan kimia ini bisa merusak email gigi, memicu gigi berlubang, jika bersentuhan dengan gusi menyebabkan pembengkakan atau peradangan gusi.
Penggunaan behel yang benar biasanya digunakan sebagai kepentingan untuk pengunyahan, misalnya gigi tidak beraturan sehingga proses mengunyahnya menjadi lebih sulit.
Jika kondisi ini tidak diperbaiki bisa menyebabkan dampak pada sendi rahang. Dampak lain juga karena bisa mengganggu kecantikan penampilan, jadi bukan untuk gaya-gayaan.
"Kalau ingin gigi rapi dan memang harus pakai behel atau diagnosisnya memang perlu behel, paling murah ke RSGM (Rumah Sakit Gigi dan Mulut) yang ada di setiap FKG (Fakultas Kedokteran Gigi). Kalau ke Puskesmas mungkin belum ada, tapi kita akan bekerja ke arah itu," ungkapnya.
Hal lainnya drg Zaura memberikan saran pada masyarakat supaya tidak sembarangan mendapatkan perawatan atau pengobatan gigi yaitu:
1. Pergilah ke tempat yang diakui yaitu di Puskesmas, rumah sakit pemerintah atau RSGM, biaya tidak mahal dan jelas dipertanggungjawabkan mutu serta kualitasnya.
2. Jangan menganggap pengobatan gigi itu mahal, karena ada yang murah dan terjamin mutunya.
3. Peliharalah gigi yang sehat tetap sehat, apabila ada kelainan dan butuh bantuan maka datanglah sedini mungkin dan jangan tunggu sampai parah seperti gigi berlubang.
4. Kontrol kesehatan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali.
Saat ini banyak orang yang menggunakan behel atau kawat gigi hanya sekedar untuk gaya-gayaan saja atau fashion. Sebaiknya jangan dilakukan, karena ada efek bahaya yang muncul akibat behel gaya-gayaan ini.
"Pasang pura-pura atau behel gaya-gayaan itu tidak perlu karena itu bahaya dan bisa merugikan pasien itu sendiri," ujar drg Zaura Rini Anggraeni, MDS, selaku Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) dalam acara temu media di Gedung Kemenkes, Jakarta, Minggu (18/3/2012).
drg Zaura menuturkan bahaya yang muncul bisa merusak posisi gigi, yang ada nantinya tulang yang memegang gigi akan rusak dan bisa membuat gigi goyang.
Hal ini merupakan kerugian besar yang tidak bisa dibayar, karena gigi kalau sudah goyang tidak bisa dicekat lagi.
"Seperti halnya pagar kalau ditekan terus lama-lama dia bisa doyong sampai ke bawah, begitu juga dengan tulang penyangga gigi yang bisa rusak. Dan itu ada penelitiannya bukan hanya sekedar omongan saja," ungkapnya.
Selain itu hal lain yang bisa terjadi adalah penumpukan atau penimbunan makanan karena umumnya gigi lebih sulit dibersihkan jika memakai behel.
Terlebih jika orang tersebut malas atau asal-asalan dalam membersihkan gigi akhirnya menyebabkan kerusakan email gigi.
"Ada yang bilang cuma ditempel saja kok enggak pakai tekanan, tapi sebenarnya tempelannya itu pun sudah memberikan kerugian. Wong gigi licin-licin kok ditempelin macem-macem," ujar drg Zaura.
Proses penempelan ini kalau tidak dilakukan dengan benar misalnya mengaduknya tidak pas, maka bahan kimia ini bisa merusak email gigi, memicu gigi berlubang, jika bersentuhan dengan gusi menyebabkan pembengkakan atau peradangan gusi.
Penggunaan behel yang benar biasanya digunakan sebagai kepentingan untuk pengunyahan, misalnya gigi tidak beraturan sehingga proses mengunyahnya menjadi lebih sulit.
Jika kondisi ini tidak diperbaiki bisa menyebabkan dampak pada sendi rahang. Dampak lain juga karena bisa mengganggu kecantikan penampilan, jadi bukan untuk gaya-gayaan.
"Kalau ingin gigi rapi dan memang harus pakai behel atau diagnosisnya memang perlu behel, paling murah ke RSGM (Rumah Sakit Gigi dan Mulut) yang ada di setiap FKG (Fakultas Kedokteran Gigi). Kalau ke Puskesmas mungkin belum ada, tapi kita akan bekerja ke arah itu," ungkapnya.
Hal lainnya drg Zaura memberikan saran pada masyarakat supaya tidak sembarangan mendapatkan perawatan atau pengobatan gigi yaitu:
1. Pergilah ke tempat yang diakui yaitu di Puskesmas, rumah sakit pemerintah atau RSGM, biaya tidak mahal dan jelas dipertanggungjawabkan mutu serta kualitasnya.
2. Jangan menganggap pengobatan gigi itu mahal, karena ada yang murah dan terjamin mutunya.
3. Peliharalah gigi yang sehat tetap sehat, apabila ada kelainan dan butuh bantuan maka datanglah sedini mungkin dan jangan tunggu sampai parah seperti gigi berlubang.
4. Kontrol kesehatan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali.
0 komentar:
Posting Komentar