BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
emosi
merupakan reaksi (kejiwaan) yang muncul lantaran adanya stimulan. Emosi yang
sangat fruktuatif (mudah berubah) terjadi pada masa remaja. Remaja sering tidak mampu memutuskan simpul-simpul
ikatan emosional kanak-kanaknya dengan orang tua secara logis dan objektif.
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh
gejolak. Pada masa ini mood (suasana
hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh
Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan
hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama.Perubahan emosi ini
erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik
yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
B. Rumusan
Masalah
Dimakalah ini akan dijelaskan tentang Perkembangan Emosi Remaja yang mana
terbagi atas beberapa poin, yaitu:
· Kekhasan
Perkembangan Emosi Remaja
· Upaya
Menumbuh Kembangkan Emosi Remaja
· Permasalahan
Remaja Yang Tekait Dengan Emosinya
· Upaya
Guru Pembimbing Mengatasi Masalah Perkembangan Emosi Remaja
C.TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas bahasa Indonesia
tentang Perkembangan Remaja,pengendalian emosi terhadap remaja saat ini dan
juga sebagai kegiatan pendukung untuk mengembangkan dan membentuk kreativitas
dalam proses pembelajaran.
D.
Manfaat Penulisan
· Menambah
pengetahuan wawasan penulis dan pembaca terhadap materi yang dibahas.
· Memberi
pemahaman kepada penulis sebagai calon konselor betapa pentingnya kegiatan
pendukung dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling baik disekolah
maupun diluar sekolah.
· Menjadikan
penulis untuk lebih kreatif, aktif dan produktif dalam mencapai tujuan dari
kependidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kekhasan Perkembangan Emosi Remaja
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh
gejolak. Pada masa ini mood (suasana
hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh
Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan
hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama.Perubahan emosi ini
erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan
fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
|
Menurut Havighurst
remaja bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang
dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan
pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional,
pertentangan pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di
rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama orangtua bersikap
otoriter, remaja cenderung mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan
cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib. Seringkali karena yang
dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama
dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa
jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional
tersebut bervariasi pada setiap remaja.
Salah satu ciri-ciri
remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya egoisme, sebaliknya tumbuh
perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas adalah tumbuh kemampuan
untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk menenggang rasa
dengan orang yang dicintainya, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami
oleh orang yang dicintainya. Ciri lainnya adalah berkembangnya “ego ideal”
berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego
(diri sendiri) di masa depan.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode
“badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak
laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk
menghadapi keadaan-keadaan itu.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan.
Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari
waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola
prilaku baru dan harapan sosial yang baru. (Hurlock, 2002 :213).
Pada dasarnya usia remaja merupakan masa kritis bagi
pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa pancaroba ini apabila
tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik dapat menjurus pada
berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada
tindak kejahatan, termasuk penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku
seksual
|
Belajar
mengenal, menerima, dan mngekspresikan emosi positif (senang, sayang, atau
bahagia dan negative (khawatir, sedih, atau marah).
Kegagalan pengendalian emosi biasanya terjadi karena
remaja kurang mau bersusah payah menilai sesuatu dengan kepala dingin.
Bawaannya main perasaan. Kegagalan mengekspresikan emosi juga karena kurang
mengenal perasaan dan emosi sendiri sehingga jadi “salah kaprah” dalam
mengekspresikannya. Karena itu, keterampilan mengelola emosi sangatlah perlu
agar dalam proses kehidupan remaja bisa lebih sehat secara emosional.
Biehler (1972) membagi ciri-Ciri khas emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu:
1. Ciri khas emosional remaja usia 12-15 tahun
Ø Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
Ø Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal
rasa percaya diri
Ø Kemarahan biasa terjadi
Ø Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin
selalu menang sendiri
Ø Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara
objektif
2. Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
v “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan
yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
v Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
v Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
Selain itu remaja mampu
untuk melihat diri sendiri secara objektif yang ditandai dengan kemampuan untuk
mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap humor
termasuk yang menjadikan dirinya sebagai sasaran. Ia tidak marah jika di kritik
dan di saat-saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri
dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar. Remaja juga memiliki falsafah
hidup tertentu, tanpa perlu merumuskannya atau mengucapkannya dalam kata-kata.
B.
Upaya Menumbuh Kembangkan Emosi Remaja
Rasa marah, kesal, sedih atau gembira adalah hal yang
wajar yang tentunya sering dialami remaja meskipun tidak setiap saat.
Pengungkapan emosi itu ada juga aturannya. Supaya bisa mengekspresikan emosi
secara tepat, remaja perlu pengendalian emosi. Akan tetapi, pengendalian emosi
ini bukan merupakan upaya untuk menekan atau menghilangkan emosi melainkan:
a. Belajar menghadapi
situasi dengan sikap rasional
b. Belajar mengenali
emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang
dapat menimbulkan respon emosional. Untuk dapat menanfsirkan yang obyektif,
coba tanya pendapat beberapa orang tentang situasi tersebut.
c. Bagaimana
memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi yang
tidak berlebihan atau proporsional, sesuai dengan situasinya, serta dengan cara
yang dapat diterima oleh lingkungan social.
Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak
memnimbulkan efek negatif. Beberapa cara untuk meredam emosi adalah :
1.
Berfikir Positif
2.
Mencoba belajar memahami karakteristik orang
lain
3.
Mencoba menghargai pendapat dan kelebihan
oranglain
4.
Introspeksi dan mencoba melihat apabila
kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri, mereka dapat merasakannya
5.
Bersabar dan menjadi pemaaf
6.
Alih perhatian, ayitu mencoba mengalihkan
perhatian pada objek lain dari objek yang pada mulanya memicu pemunculan emosi
negatif
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ni didasarkan
atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri
pada orang lain. Orang-orang yang dijumpai dirumah atau dikampus akan lebih
cepat menanggapi emosi daripada kata-kata. Kalau seseorang sampai dirumah
dengan wajah murung, bahkan terkesan cemberut dan marah-marah, emosi anggota
keluarga yang lain akan bereaksi terhadap emosi tersebut, sehingga mereka
merasa tidak enak atau merasa bersalah dan lain sebagainya.
Beberapa
cara untuk mengendalikan emosi menurut Mahmud, 1990 :
1.
Hadapilah emosi tersebut
2.
Jika mungkin, tafsirkan kembali situasinya.
Artinya melihat situasi sulit yang dialami dari sudut pandang yang berbeda
3.
Kembangkan asa humor dan sikapa realistis
4.
Atasi secara lansung problem-problem yang
menjadi sumber emosi
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang
dengan baik, dapat dirangsang, disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara
:
1.
Orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya
dalam lingkungan anak (significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan
emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak
2.
Adanya program latihan beremosi baik
ssssssdisekolah maupun didalam keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi
sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya
3.
Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam
kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya
menanggapinya secara lebih baik
C.
Permasalahan Remaja Terkait Dengan Emosi
Saat ini generasi muda khususnya remaja, telah digembleng
berbagai disiplin ilmu. Hal itu tak lain adalah persiapan mengemban tugas
pembangungan pada masa yang akan datang, masa penyerahan tanggung jawab dari
generasi tua ke generasi muda. Sudah banyak generasi muda yang menyadari
peranan dan tanggung jawabnya terhadap negara di masa yang akan datang. Tetapi,
dibalik semua itu ada sebagian generasi muda yang kurang menyadari tanggung
jawabnya sebagai generasi penerus bangsa. Disatu pihak remaja berusaha
berlomba2 dan bersaing dalam menimba ilmu, tetapi dilain pihak remaja berusaha
menghancurkan nilai2 moralnya sebagai manusia. Hal ini sangat memprihatinkan
bagi kita semua. Memang tingkah laku mereka hanyalah merupakan masalah
kenakalan remaja, tetapu lama-kelamaan menuju suatu tindakan kriminalitas yang
sangat meresahkan.
`
Pada umunya kenakalan remaja ini dilakukan oleh anak yang berumur antara 15-18
tahun. Masa remaja merupakan masa dimana sedang beralihnya masa anak2 menuju
masa kedewasaan. Pada masa ini jiwa mereka masih labil dan mereka tidak memiliki
pegangan yang pasti. Mereka berbuat sesuai dengan pikiran dan nalar, perbuatan
itu mereka lakukan dalam mencari jati diri mereka sebenarnya.
Kenakalan remaja itu harus diatasi, dicegah dan
dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi tindak kriminal yang
lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri, lingkungan masyarakat dan
masa depan bangsa. Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup
manusia punya masalahnya sendiri2, termasuk periode remaja. Remaja seringkali
sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alasan hal itu terjadi, yaitu:
· Ketika
masih anak2, seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang2 dewasa. Hal
inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah.
· Karena
remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak
bantuan dari orang dewasa.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri
atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan2 sosial,
fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat
tempat mereka hidup. Perubahan2 ini dipergencar dalam masyarakat kita yang
semakin kompleks dan berteknologi modern.Arus perubahan kehidupan yang berjalan
amat cepat cenderung membuat individu merasa hanya seperti sebuah sekrup dalam
mesin raksasa daripada seorang makhluk utuh yang memiliki di dalam dirinya
suatu keyakinan akan identitas diri sebagai seorang pribadi. Adapun masalah
yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
Ø Kebutuhan akan figur teladan
Remaja
jauh lebih mudah terkesan akan nilai2 luhur yang berlangsung dari keteladanan
orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat2 bagus yagn tinggal hanya kata2
indah.
Ø Sikap apatis
Sikap
apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang
bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di
dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
Ø Kecemasan dan kurangnya harga
diri
Kata
stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang
mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan
lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
Ø Ketidakmampuan untuk terlibat
Kecenderungan
untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para
remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan
pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung
rugi atau malahan dengan uang.
Ø Perasaan tidak berdaya
Perasaan
tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya
hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan
masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang
keselamatan diri kita di tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan
pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat
nilai baik atau ijasah.
Ø Pemujaan akan pengalaman
Sebagian
besar tindakan2 negatif anak muda dengan minumam keras, obat2an dan seks pada mulanya
berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini
memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.
D.
Upaya Guru Pembimbing Mengatasi Masalah Perkembangan Emosi
Remaja Sesuai Dengan Bidang Bimbingan
Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk
mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan
dengan orang lain. Guru dan keluarga dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan
emosional seorang anak dengan memberikan beberapa cara yaitu:
a. Mengenali emosi
diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi
merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari
waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.
b. Mengelola emosi,
menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk
menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau
akibat – akibat yang muncul karena kegagalan.
c. Memotivasi anak,
penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi
anak dalam melakukan kreasi secara bebas.
d. Memahami emosi
anak.
e. Membina hubungan
dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali,
hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional
yaitu dengan memelihara hubungan.
f. Berkomunikasi
“dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan
waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita
menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu
membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi
atau penilaian.
Setelah mengetahui bagaimana tipe remaja dalam
mengekspersikan dirinya, orang tua sebaiknya mempersiapkan diri untuk mengenal
lebih jauh dalam membimbing anaknya saat masa remaja, dengan cara berikut :
Ø Kenali mereka lebih dekat
yaitu informasi mengenai remaja dan perubahan2 yang terjadi di dalam dirinya.
Ø Kenali perubahan fisik pada
remaja dan dampaknya terhadap diri anak.
Ø Kenali perubahan emosi remaja
dan caranya mencari perhatian orang tua serta reaksi emosinya dalam menghadapi
masalah.
Ø Menciptakan hubungan
komunikasi yang hangat, membentuk kebiasaan2 yang positif, memberlakukan aturan
dalam keluarga, menyikapi “kesalahan” anak, “mengambil hati” anak dan “mencuri
perhatian” anak.
Ø Kenali perubahan lingkungan
misalnya peran gender serta rasa keadilan antara pria dan wanita; teman dan
permasalahannya; naksir, ditaksir dan pacaran.
Ø Masalah-masalah seksualitas,
kelainan seksual dan pengaruh buruk yagn ada di masyarakat.
Tidak hanya remaja yang belajar menghadapi kehidupananya
yang “baru” tetapi orang tua juga perlu banyak belajar menghadapi perubahan2
dan menemukan cara terbaik untuk menghadapinya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah,
takut, cemas, kecewa dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat
menjadi sumber tingkah laku nakal. Oleh karena itu hal-hal yang
menyebabkan emosi remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang sangat penting
untuk menghindari gangguan emosi pada remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan, pakaian dan bergerak, kebutuhan
mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.
B.
Saran
Usaha
untuk mengembangkan emosi remaja, yaitu :
1.
Adanya model dari orang tua dan guru serta
orang dewasa lainnya dalam melahirkan emosi-emosi negatif
2.
Adanya latihan beremosi secara terprogram di
keluarga dan di sekolah
3.
Mempelajari secara mendalam kondisi-kondisi
yang cenderung menyebabkan emosi negatif remaja muncul dan menghindari
kondisi-kondisi itu
4.
Membantu remaja mengatasi berbagai masalah
pribadinya dengan mendorongnya membicarakan masalah pribadi itu kepada
orang-orang yang dipercayainya.
0 komentar:
Posting Komentar